0 Comments



– Bek serta kapten PSM Makassar, Yuran Fernandes, mengungkapkan kritikan tajam terhadap performa sang wasit setelah pertandingan kontra PSS Sleman yang dilangsungkan pada hari Sabtu (3/5), bertempat di Stadion Maguwoharjo. Laga dalam lanjutan Liga 1 musim 2024/2025 tersebut berkesudahan dengan kekalahannya timnya yaitu PSM Makassar atas skor 1-3 dan disertai beberapa putusan kontroversial oleh siwasit bernama Nendi Rohaendi.

Yuran Fernandes pernah menciptakan gol pada menit ke-12, tetapi tendangan itu dinyatakan batal setelah hakim lapangan memeriksa Video Assistant Referee (VAR). Dia diganjar karena diklaim mendorong salah satu pemain PSS sebelum mengirim bola masuk gawang. Kemudian, PSM berhasil unggul lewat Nermin Haljeta di menit ke-24, akan tetapi PSS merespons secara cepat hanya dalam waktu dua menit berkat gol dari Dominikus Dion.

Kontroversi kembali timbul ketika pemain PSM, Fahrul Aditia, jatuh di dalam kotak penalty musuh, tapi sang wasit tak memutuskan untuk memberikan hukuman penalti. Kemudian, di paruh kedua pertandingan, PSS berhasil menyamakan skor lewat gol dari Gustavo Tocantins pada menit ke-60. Akan tetapi, gol itu pun menjadi bahan protes sebab diperkirakan ada pelanggaran yang dilakukan kepada pemain PSM bernama Syahrul Lasinari; meski demikian, setelah melakukan tinjauan dengan menggunakan VAR, si wasit akhirnya mendeklarasikan bahwa gol tersebut sah.

Pada kesempatan jumpa pers setelah pertandingan, Yuran dengan lugas mengungkapkan ketidakpuaskannya. Dia merasa sang wasit gagal dalam menjalankan tugasnya dengan adil dan sampai-sampai ia mencela bahwa wasit seperti memberi dukungan kepada kesebelasan tuan rumah.

“Menurut saya, semua orang sudah mengetahui dan menyaksikan apa yang berlangsung di sana. Wasit hadir di tempat ini guna mendukung Sleman,” katanya dengan nada penuh kekecewaan.

Dia juga mengatakan bahwa sangwasit yang memimpin pertandingan tersebut tidak pantas bertugas di Liga 1.

“Saya berharap wasit ini akan dikeluarkan dari Liga 1, Liga 2, dan bila perlu karirnya harus berakhir di Liga 3,” tegas Yuran.

Pemain berasal dari Tanjung Verde tersebut menyatakan tambahan bahwa PSM baru-baru ini telah berpergian jarak jauh dari Vietnam dan mereka tidak minta perlakukan istimewa, tetapi cuma mencari keadilan di lapangan. Dia menjelaskan bahwa penampilan wasit merusak jiwa sportivitas dan tak mengapresiasi usaha yang dilakukan oleh kedua regu.

“Wasis tak mengakui usaha keras kita ataupun Sleman yang tengah berusaha untuk keluar dari zona drop out,” tambahnya.


Kritikan Terus Berkembang di Medsos

Kritikan Yuran tak hanya sebatas di area konferensi pers. Lewat akun Instagram miliknya @yu4anfernandes, dia melanjutkan untuk mengekspresikan ketidakpuasanannya pada hari Minggu (4/5). Dia memposting potongan video tentang gol yang dibatalkan, kemudian memperlihatkan perbedaan tersebut dengan situasi saat tim Liverpool mencetak gol dalam Liga Inggris dan hal itu tetap sah.

Pada postingan itu, Yuran dengan jelas mengatakan bahwa sepak bola di Indonesia hanya semacam lelucon, sambil juga membahas masalah korupsinya dan mutu pertandingannya.

“Sepak bola di Indonesia hanyalah bahan lelucon. Oleh karena itu, tingkat kekorupsiannya pun tidak akan berubah,” kata Yuran.

Dia pun mengeluarkan kritik tajam kepada para pemain asing yang merapat ke Indonesia:

Bila tujuanmu adalah mencari pendapatan, mungkin Indonesia dapat menjadi pilihan. Namun apabila minat utamamu ada di dunia sepak bola yang profesional, sebaiknya pikir ulang untuk pergi ke Indonesia.

Postingan itu langsung menimbulkan beragam respons dari netizen; beberapa di antaranya menyokong kejujuran Yuran sementara yang lain merasa pernyatannya cukup bernada emosi. Meski demikian, tidak dapat disangkal bahwa kritikan tajam dari seorang atlet seperti Yuran Fernandes telah membangkitkan kembali debat panjang berkaitan dengan mutu para hakwasih, teknologi VAR, serta transparansi dalam administrasi Liga 1 Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts